Skip to main content

Dua Perempuan Satu Cinta

Dua Perempuan Satu Cinta - Hi friends, I hope you are all in good healthGuru Online, In the article you are reading this time with the title Dua Perempuan Satu Cinta, We have prepared this article well for you to read and take information in it. hopefully the contents of the post Artikel Cerpen, Artikel Pendidikan, Artikel UMUM, what we write you can understand. ok, happy reading.

Title : Dua Perempuan Satu Cinta
link : Dua Perempuan Satu Cinta

Baca juga


Dua Perempuan Satu Cinta

            Tanah di pekuburan itu masih basah yang di guyuran hujan semalam. Baunya menyeruak, membaur menjadi satu dengan aroma kembang kamboja dan harum daun furing yang berada di sela-sela nisan. Beberapa buliran air di atas daun-daun masih enggan pergi. Begitu pula jengekrik yang masih nyaman di tempatnya bersembunyi.


ilustrasi


            Surti mengedarkan pandangannya ke sekeliling seraya berjalan melangkah mendekati makam kedua orangtuanya. Kembali hatinya menjadi sedih karena perasaan bersalah. Ketika kedua orangtuanya meninggal, Surti tidak berada di samping mereka, menemani di saat-saat terakhir sebelum mereka dipanggil Sang Khalik. Bahkan ketika Bapak-nya meninggal Surti tidak bisa pulang.


            Air mata itu mengalir tak kuasa dibendungnya. Surti mengusapnya dengan ujung lengan panjang baju yang dikenakan. Ia bersimpuh dan menundukkan kepala. Disingkirkannya beberapa daun kamboja yang terjatuh di atasnya. Syukurlah Pak Man yang dititipi merawat makam itu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga makam itu terlihat bersih. Beda dengan makam-makam di sekitarnya yang banyak ditumbuhi rumput dan tumbuhan liar. Tampaknya jarang dikunjungi.


            Surti menaburkan bunga yang dibawanya di kedua makam orangtuanya. Setelah itu ia khusuk memanjatkan doa untuk kedua orang yang sangat dicintainya itu. Hati Surti kembali menjadi tercabik-cabik. Ia merasa sendiri dan tidak punya siapa-siapa. Enam bulan ia kembali ke desa ini tak ada yang bisa dilakukan. Justru setiap harinya ia hanya melamun dan bergumul dengan pikiran-pikirannya. Surti mengelus dadanya dengan kedua telapak tangannya. Ia mencoba untuk tidak menangis lagi.



            Tubuh Surti menjadi hangat tertimpa sinar mentari yang kini utuh menyembul dan menyeruak di sela-sela pepohonan kamboja. Angin pagi bertiup semilir. Kicauan burung sesekali terdengar di antara suara jengekerik yang mengerik.


            Surti berdiri dari bersimpuhnya. Ditatapnya sekilas kedua makam orangtuanya yang kini penuh dengan bunga yang tadi ditaburnya. Setelah itu ia beranjak meninggalkannya. Bagaimanapun ia tidak boleh larut dalam kesedihan apalagi putus asa. Ia harus selalu bersemangat dan melanjutkan kehidupannya dan menjadi sosok yang lebih baik. Hanya itu yang bisa ia persembahkan untuk kedua almarhum orangtuanya.


            Langkah kaki itu kini berhenti di sebuah tanah pekuburan yang masih baru. Tidak ada beton yang mengelilinginya. Batu nisannya juga belum diganti. Di sana tertera nama Kirno, lahir tahun 1958 dan wafat tahun 1988.



            Surti menggigit bibirnya. "Kang, mengapa kau pergi secepat ini? Bagiku, berada di sekitarmu dan bisa melihatmu kembali, itu sudah cukup. Aku tidak akan mengusik kehidupan rumah tanggamu bersama Jeng Sri. Tapi mengapa kau malah pergi untuk selama-lamanya, Kang?"


            Kali ini Surti tidak bisa menahan isaknya. Kedua tangannya mengatup menutupi mulutnya menahan agar suara isaknya tak lantang terdengar. Tubuhnya terguncang karena sesenggukan. Ia menjadi teringat terakhir kali ia bicara dengan Kirno dan laki-laki itu tengah merasakan kegalauan. Pernikahannya dengan Jeng Sri yang belum jua dikaruniai anak, serta kehadiran Dikun, sungguh mengusiknya.


"Yu Surti...," sebuah suara lembut menyapanya. Sedangkan tangannya memegang pundak Surti.


            Tentu saja ini membuat Surti terperanjat dan segera menoleh ke arah asal suara itu. "Jeng Sri?" sebutnya dengan menatap sedikit malu ke arah perempuan itu. Entah apa yang ada di benak Jeng Sri ketika mengetahui pagi-pagi ia berada di makam Kirno dan sedang menangis.



            Jeng Sri tersenyum dengan tatapan teduhnya, meski masih ada duka yang menyelimutinya. Kerudung hijau yang dikenakan semakin menambah ayu paras mukanya. Tak heran jika ia menjadi primadona desa dan siapapun pemuda ingin memilikinya. Termasuk Kirno, juga Dikun dan entah siapa lagi. Karenanya, waktu itu Surti sempat merasa iri sekaligus sakit hati pada Jeng Sri. Apalagi ketika ia tahu, Kirno yang dicintai ternyata mempersuntingnya.


Pandangan mata Surti langsung ke perut Jeng Sri yang kini mulai tampak membuncit. Lagi-lagi Jeng Sri tersenyum seraya mengelus-elus perutnya.


"Bayinya sehat kan Jeng?" tanya Surti seraya ikut memegangi perut Jeng Sri.


Jeng Sri mengangguk. "Alhamdulillaah, sehat Yu. Doakan nanti persalinannya lancar, ya, Yu" pintanya dengan wajah yang semakin terlihat sendu. Matanya berkaca-kaca.



            Surti segera memeluk Jeng Sri dalam dekapannya. Ia bisa merasakan betapa gundah gulananya hati perempuan itu. Jangankan Jeng Sri, ia sendiri tidak bisa memungkiri kesedihan yang saat ini juga menderanya. Jika begini, ia tidak punya alasan untuk merasa terpuruk lagi. Bukankah beban yang sekarang ditanggung Jeng Sri lebih berat dibanding dengan dirinya?


            Meski mereka mencinta lelaki yang sama, tentu makna cinta itu berbeda. Cintanya hanyalah sebuah rahasia hati karena sampai tiba ajalnya Kirno pun tidak mengetahui. Sedangkan cinta Jeng Sri, sudah terikat dalam mahligai suci bahkan kini cinta itu akan menjadi prasasti dengan lahirnya si buah hati.


            Kedua perempuan itu saling diam. Namun, tatapan mata keduanya sama-sama tertuju pada onggokan tanah yang kini dipenuhi oleh taburan bunga. Kirno, lelaki yang mereka cintai terbaring tenang di sana. Meninggalkan cinta dan juga mimpinya. Sama, seperti kedua perempuan yang kini berjalan beriringan meninggalkan pekuburan itu..

Sumber: Rifulhamidah



That's the article Dua Perempuan Satu Cinta

That's it for the article Dua Perempuan Satu Cinta this time, hopefully can be useful for all of you. okay, see you in another article post.

You are now reading the article Dua Perempuan Satu Cinta with link address https://ilmuguruonline.blogspot.com/2021/03/dua-perempuan-satu-cinta.html
Comment Policy: Please write your comments that match the topic of this page post. Comments containing links will not be displayed until they are approved.
Open Comments
Close Comment