POLA ASUH “SERBA BOLEH”
Written on: Minggu, Maret 14, 2021
Title : POLA ASUH “SERBA BOLEH”
link : POLA ASUH “SERBA BOLEH”
POLA ASUH “SERBA BOLEH”
Pernah suatu ketika saya mendengar kisah seorang pejabat. Ketika meninggal dunia, hanya istrinya yang duduk di samping jenazahnya. Anaknya malah asyik bermain gitar di kamar, tanpa rasa bersalah, tak ada rasa sedih apalagi kehilangan.
ilustrasi |
Di mana rasa kemanusiaannnya. Sekilas pasti yang menjadi pesalah adalah sang anak, itu pasti. Tapi tak ada salahnya jika sedikit kita luangkan waktu sekadar mendalami, mengapa sampai terjadi hal seperti itu. Adakah yang bermasalah.
Ketika anak sudah dewasa tetapi tak punya rasa, tak punya sopan santun, tak punya kepekaan. Stop, barangkali memang semuanya itu tidak pernah ditanamkan pada diri anak sejak kecil. Atau bisa saja hanya ditanam tetapi lupa untuk memupuk dan merawatnya.
Mendidik dan membiasakan anak “serba boleh”, memang ada manfaatnya, tetapi jangan lupa bahayanya lebih besar dari manfaatnya. Dengan dalih rasa sayang, ternyata tanpa disadari justru menjerumuskan. Mau minta apa pun, akan dengan mudah dikabulkan, berapa pun besarnya. Adversity Quotion, Simplicity, Self Sufficiency, tidak pernah dibiasakan pada anak.
Dengan alasan ada pembantu di rumah, anak tak lagi mau bekerja, semuanya dikerjakan orang lain, jangankan urusan yang besar dan berat, urusan remeh temeh menyuapkan nasi ke mulut saja tidak bisa dilakukan sendiri. “ Anak Sultan” begiitulah kira-kira julukan yang paling tepat.
Sebuah pertanyaan, sampai kapan hal itu akan terjadi? Bagaimana jika orang tua tidak berumur panjang. Sementara anak terbiasa manja dan serba boleh. Apa yang bisa dilakukan? Pasti seperti patung hidup, alias plonga-plongo. Atau bagaimana jika orang tuanya tiba-tiba mengalami bangkrut usahanya, dan harus memulai hidup dari nol. Terbayangkan, kan bagaimana rasanya? Bisakah menerima. Bisakah survive? Impossible sebagai jawabannya.
Tangguh itu lahir dari gemblengan yang terus menerus. Dewasa, karena anak dibiasakan menyelesaikan sendiri masalahnya. Peduli, karena anak dibiasakan memberi dan berbagi. Kasih sayang, karena anak dibiasakan melihat orang yang kesusahan. Bersyukur, karena anak dibiasakan untuk selalu mengukur diri.
Dalam tulisan saya beberapa waktu lalu, anak adalah qurrata a’yun, penyejuk mata, harapan kedua orang tuanya. Bahkan cita-cita tertinggi sebagai orang tua adalah, ketika meninggal, anak-anaknyalah yang mengurus jenazahnya. Memandikan, mengafani, menyalatkan dan menguburkan.
Nah, jika pola asuh “serba boleh” masih dibudayakan pada anak, jangan salah ketika suatu saat nanti kita tak dihargai lagi oleh anak. Ada hal yang perlu digaris bawahi, biarlah anak menangis tak punya gadget, dari pada nanti orang tua yang menangis, karena anak tak mempunyai akhlak yang baik. Biarlah anak menangis minta dibelikan sesuatu, dari pada ketika masa tua kita nanti, mereka mengukur kita dengan uang. Anak-anak tak akan terbelakang karena tak mempunyai gadget, karena harinya selalu berteman dengan alquran.
Tak akan kelihatan miskin tak mempunyai sesuatu, karena mereka mempunyai ilmu yang bermanfaat. Sebelum semuanya terlambat, jika masih menginginkan kebaikan, hendaknya tidak membiasakan anak dengan pola asuh “serba boleh”. Jika kebaikan yang kita tanam, maka kebaikan pulalah yang akan kita petik, begitu juga sebaliknya.
Sumber:Siti Irmani Kasan
That's the article POLA ASUH “SERBA BOLEH”
You are now reading the article POLA ASUH “SERBA BOLEH” with link address https://ilmuguruonline.blogspot.com/2021/03/pola-asuh-serba-boleh.html