Karma Cinta
Written on: Minggu, Maret 14, 2021
Title : Karma Cinta
link : Karma Cinta
Karma Cinta
Selama hampir tiga tahun aku menjalin hubungan serius dengan seseorang. Itu pun yang satu tahun terakhir hubungan kami sudah mengalami masalah. Long distance relationship aliyas hubungan jarak jauh tidak berhasil kami lalui dengan mulus. Adaaa…saja yang menyebabkan komunikasi kami menjadi buntu sehingga berujung saling mendiamkan.
ilustrasi |
Akhirnya kami putus tanpa ada kata putus. Tahu sama tahu aja. Sama-sama menjauh dan tidak ada lagi komunikasi. Aku pun melupakan meski sebenarnya amarahku masih belum bisa kuenyahkan. Terus terang aku merasa dibodohi oleh komitmennya yang picisan. Tanpa kejelasan, pengecut, dan dikiranya aku ini perempuan macam apa bisa seenaknya dipermainkan.
Dua tahun kemudian, tiba-tiba dia menikah. Huh! Sebenarnya ini sudah kuprediksikan. Namun, ketika itu benar-benar terjadi, entah kenapa hati ini menjadi lara. Kucoba tersenyum, bahkan tertawa agar tampak tegar tapi tidak berhasil. Di relung hati yang terdalam sebenarnya aku menyimpan tangis yang masih tersisa dan belum bisa kuhapus.
“Bapak dari mana, ya?” tanyaku pada seseorang yang duduk di sebelahku. Saat itu kami sedang menunggu siswa kami mengikuti lomba.
Si Bapak yang tadi lebih awal menyapaku, menyebutkan nama sebuah sekolah di mana mantan pacarku bertugas. Mak dheg! Entah kenapa darahku terkesiap. Tiba-tiba ada keinginan menanyakan bagaimana kabarnya sekarang. Kusebutkan namanya dan si Bapak segera mengangguk.
“Ibu kok kenal?” tanyanya
“Dulu teman kuliah, Pak..,” jawabku singkat dan sengaja berbohong. Tidak mungkinlah aku ngomong ke si Bapak kalau aku mantan kekasih orang yang kutanyakan. Agar dia tidak curiga kenapa aku tanya-tanya.
Setelah itu si Bapak terdiam. Pandangannya menerawang ke depan seperti ada sesuatu yang dipikirkan dan membuat ia sedih. Sesaat kemudian ia menghela napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan.
“Kasihan dia, Bu. Sudah sekian tahun menikah tapi belum mendapatkan momongan. Sudah berobat kemana-mana, baik medis maupun alternatif tapi tidak membuahkan hasil…,” jelas si Bapak.
Mendengar itu, tentu saja aku menjadi ikut prihatin. Sesakit apapun hatiku dulu dibuatnya, rasanya tidak manusiawi jika aku tak sedih mendengar kabarnya sekarang. Bagaimanapun aku masih punya hati dan rasa empati, meski pada orang yang pernah melukaiku sekalipun.
Tiba-tiba si Bapak tertawa kecil.
“La gimana mau punya anak, istrinya itu obesitas, Bu. Badannya segini,” Kali ini si Bapak merentangkan kedua tangannya seraya menggeleng-gelengkan kepala. “Saya juga tidak menyangka kalau mereka akhirnya menikah,” lanjutnya dengan sisa-sisa tawanya.
Aku diam dan menunggu ia melanjutkan ucapannya.
“Saya jadi merasa bersalah juga. Dulu saya kan sering menggoda dia. Saya tahu dia sebenarnya sudah punya pacar tapi saya menjodoh-jodohkan dengan istrinya itu. Saya bilang ‘ngapain mikir yang jauh, wong yang dekat saja ada’. Eee…ternyata mereka menikah beneran…,” lagi-lagi ia tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepala.
Haduuuh, ini orang sepertinya menganggap perjalanan hidup seseorang seperti sebuah lelucon saja. Sementara itu aku sibuk menata hati berusaha bersikap biasa saja.
Kini aku tahu siapa gerangan yang menyebabkan putusnya hubungan kami. Ternyata dia orangnya. Kesal, sih tapi untuk apa. Semuanya telah menjadi takdir dan harus dijalani untuk menjemput takdir-takdir berikutnya.
Aku pun berdiri dari tempat duduk dan berlalu begitu saja. Kebetulan siswaku sudah keluar dari ruangan lomba. Mungkin si Bapak heran. Maklum, dia tidak tahu kalau akulah orang yang menjadi korban perjodohannya
sumber: Riful Hamidah
That's the article Karma Cinta
You are now reading the article Karma Cinta with link address https://ilmuguruonline.blogspot.com/2021/03/karma-cinta.html